BAB
I
DASAR
LISTRIK
A. TEORI LISTRIK
Elektron adalah bagian
terkecil dari suatu atom. Sifatnya ringan dan selalu mengorbit pada inti (proton).
Lihat gambar berikut ini :
Gambar 1. Elektron dan proton
Atom
yang sederhana adalah atom hydrogen. Atom ini mempunyai satu elektron yang
mengorbit pada satu inti (proton). Atom yang elektronnya lebih banyak adalah
atom uranium. Atom ini mempunyai 92 elektron dan 92 proton. Setiap atom
mempunyai struktur sendiri–sendiri. Tetapi pada umunya setiap atom mempunyai
jumlah proton dan elektron yang sama (sebanding). Atom–atom tersebut menyebar
dalam lintasan yang terdapat pada atom tersebut.
Menurut
Paulli, banyaknya elektron maksimum yang dapat menempati tiap kulit dirumuskan
dengan :
(n = nomor lintasan kulit atom)
Simbol
kulit dalam banyaknya elektron maksimum dalam setiap kulit adalah :
K = (n – 1 ) = 2 x (1)2 = 2 elektron
L = (n – 2 ) = 2 x (2)2 = 8 elektron
M = (n – 3 ) = 2 x (3)2 = 18 elektron
N = (n – 4 ) = 2 x (4)2 = 32 elektron
O = (n – 5 ) = 2 x (5)2 = 50 elektron
P = (n – 6 ) = 2 x (6)2 = 72 elektron
Elektron
yang terdapat pada kulit terluar disebut Valensi.
Contoh :
Nama Atom (NA)
|
Tembaga (NA:29)
|
Silikon (NA: 14)
|
Sulfur (NA: 16)
|
Gambar
|
|
|
|
Pengisian Kulit
|
Tembaga (Cu)
NA
= 29
K = 2
L = 8
M = 18
N = 1 (ev)
|
Silikon ( Si )
NA = 14
K =
2
L =
8
M = 4 (ev)
|
Sulfur (S )
NA = 16
K = 2
L = 8
M = 6 (ev)
|
Valensi
|
1
|
4
|
6
|
Konduktivitas
|
Konduktor
|
Semi konduktor
|
Isolator
|
Gambar 2. Atom dan lintasan elektron konduktor,
semikonduktor, dan isolator
Contoh di atas menunjukkan macam-macam bahan
berdasarkan nomor atom dan sifat kemudahan menghantar arus listrik (konduktivitas).
Berdasarkan jumlah valensi atau jumlah electron pada
kulit atom terluar suatu bahan dapat dikategorikan sebagai konduktor, semi
konduktor dan isolator.
1. Konduktor
Konduktor adalah bahan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Konduktor juga merupakan Bahan yang
atom–atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari 4 pada lintasan (kulit)
terluar.
2. Semi konduktor
Semi konduktor adalah bahan yang dapat
menghantarkan arus listrik (konduktor) tapi juga dapat menjadi bahan yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik (isolator).
3.
Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Isolator merupakan bahan yang atom–atomnya
mempunyai lebih dari 4 elektron pada lintasan (kulit) terluar.
proton dan elektron dalam atom mempunyai gaya potensial :
1. Proton mempunyai muatan positif (+)
2. Elekton mempunyai muatan negative (-)
Inti (proton)
menarik elektron dan mempertahankan dalam lintasannya dan pada saat muatan
positif (proton) sebanding dengan muatan negatif (elektron), maka atom menjadi
netral.
Meskipun
demikian, muatan atom dapat berubah dari netral menjadi bermuatan positif (+) jika
elektron terluarnya ada yang terlepas atau negatif jika mendapat tambahan
elektron dari atom lain pada kulit terluarnya.
1. Tegangan (Voltage)
Tegangan adalah beda potensial yang menimbulkan
gaya yang mengakibatkan mengalirnya arus listrik (perpindahan elektron). Tegangan
dapat dianalogikan sebagai perbedaan ketinggian air pada dua buah tabung air
apabila dihubungkan dengan sebuah pipa sehingga air mengalir dari level yang
tinggi ke level yang rendah. Kemudian tidak mengalir setelah ketinggian (beda
potensial) sama.
Gambar 3. Perbedaan
2 level air
Tegangan dapat juga
didefinisikan sebagai perbedaan potensial yang diperlukan untuk mengalirkan 1
Ampere arus melalui 1 Ohm hambatan. Satuan tegangan listrik disebut “Volt“ dan
disimbolkan “V“.
2.
Arus
Ketika
dua konduktor (A) dan (B) diisi muatan positif dan negatif yang dihubungkan
dengan kawat penghantar (C). Elektron–elektron bebas yang berada pada konduktor
(B) akan berpindah ke konduktor (A) melalui penghantar (C). Hal ini akan
menyebabkan terjadinya arus elektron dari konduktor (B) yang bermuatan negatif
ke konduktor (A) yang bermuatan positif.
Gambar 4. Hubungan antara arus listrik dan arus elektron
Arus adalah jumlah muatan listrik yang mengalir
melalui suatu titik tertentu selama satu detik.
Arus dirumuskan dengan :
|
|
I = Coloumb/detik
|
|
Dimana
: I =
Arus [A]
Q = Muatan listrik [Coloumb]
t = Waktu [detik]
Satuan
dasar arus listrik adalah Ampere (A). Satu (1) Ampere didefinisikan sebagai
aliran satu (1) coulomb muatan listrik dalam 1 detik.
Coloumb
(Q) adalah banyaknya muatan listrik (elektron) yang mengalir melalui suatu
titik pada penghantar.
1 Q = 6,28 x 1018 elektron.
6 250 000 000 000 000 000 / sec. = 1 ampere
3. Hambatan
Setiap
obyek atau unsur memiliki nilai hambatan, hambatan ini melawan atau menghambat
aliran arus listrik. Besarnya hambatan dalam rangkaian listrik menentukan
jumlah arus yang mengalir dalam rangkaian pada setiap tegangan sumbernya.
Satuan hambatan adalah Ohm (Ω), jumlah hambatan yang meloloskan arus 1 Ampere
ketika dipasang pada tegangan 1 volt (pada temperatur konstan). Singkatan yang baku untuk hambat listrik adalah R.
Kawat
tembaga pada umumnya digunakan untuk menghantarkan arus llistrik karena kawat
tembaga, hambatan terhadap aliran listriknya kecil. Lihat gambar berikut :
Gambar 5. Hambatan listrik dalam konduktor
Gambar
7, merupakan gambaran umum hambatan listrik dalam konduktor. Ketika elektron
bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron–elektron itu melambung melawan
molekul, yang akan memperlambat kecepatan jalannya. Perlambatan kecepatan ini
disebut dengan “Electric Resistance“
atau “Hambatan Listrik“.
Adapun nilai
hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh bahan penghantar, luas penampang
penghantar, panjang penghantar, serta temperatur. Besarnya harga hambatan dapat
dihitung dengan rumus :
R =L
Dimana : R =
Hambatan [Ohm/Ω]
ρ = Tahanan jenis [ohm/ Ω meter]
L =
Panjang kawat [meter]
A =
Luas penampang kawat [m2]
Tahanan
jenis setiap material berbeda–beda. Beberapa dian-taranya adalah sebagai
berikut :
Tabel
1. Jenis material dan hambatan jenisnya.
B. HUKUM OHM
Hukum Ohm menyatakan bahwa banyaknya
arus (I) yang mengalir melalui konduktor adalah berbanding lurus dengan
tegangannya (V), dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R).
Kalau dirumuskan :
Dimana : I = Arus yang mengalir [Ampere]
V = Tegangan [Volt]
R = Hambatan [Ohm]
Berikut adalah contoh rangkaian percobaan untuk
membuktikan hukum ohm. Komponen yang
dibutuhkan adalah sumber tegangan 12 V, potensiometer 10 KOhm, resistor 0,5 KOhm,
Amperemeter, Voltmeter, dan Switch.
Jika switch SW dihubungkan, maka arus yang mengalir
pada rangkaian akan dapat terukur,
begitu juga tegangan pada masing-masing resistor dapat juga diukur
dengan menggunakan Voltmeter.
Jika resistansi pada potensiometer diperkecil maka
arus akan besar, sebaliknya jika resistansi pada potensiometer diperbesar maka
arus akan kecil.
C. ARUS SEARAH DAN ARUS BOLAK–BALIK
1. Arus Searah
(Direct Current)
Arus searah (DC) adalah arus yang mengalir dalam arah yang
tetap (konstan). Arus searah dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 8.
Ilustrasi arus searah
Generator adalah salah satu
alat yang dapat membuat beda potensial. Putaran engine akan menciptakan beda
potensial antara kedua polaritas.
Masing–masing terminal
selalu tetap polaritasnya. Misalkan sebagai kutub (+) selalu menghasilkan
polaritas positif begitu pula sebaliknya. Beberapa contoh sumber arus searah
(DC) adalah battery, accu, dynamo, generator DC.
Gambar 9. Dasar sumber arus
searah
Bentuk gelombang tersebut
adalah gelombang tegangan, jika bentuk gelombang tegangan hanya dalam satu arah
saja (arah positif) maka akan menghasilkan arus yang searah. Arus yang demikian disebut “Direct Current (DC)“.
2. Arus Bolak-balik (Alternating
Current).
Arus
bolak-balik (AC) adalah arus yang mengalir dengan polaritas yang selalu berubah-ubah.
Arus bolak-balik dapat diilustrasikan :
Gambar 10.
Islustrasi arus bolak-balik
Putaran
engine membuat beda potensial yang berubah-ubah sehingga arus akan mengalir
dengan arah yang berubah-ubah.
Pada
masing-masing sumber arus bolak-balik, polaritasnya selalu bergantian. Contoh sumber
arus bolak-balik adalah: Alternator (AC generator), PLN.
Gambar
11. Dasar sumber arus bolak-balik
Arus
bolak-balik dari alternator akan berbentuk gelombang yang berubah-ubah dari
positif ke negatif dalam waktu tertentu. Seperti terlihat pada gambar di atas.
Arus yang demikian ini disebut “ Alternating Current “ dan disingkat dengan AC.
Polaritas yang berubah-ubah ini terjadi secara terus-menerus dalam tiap
detiknya sehigga disebut frekwensi.
Frekwensi adalah banyaknya gelombang dalam tiap detik.
D. TENAGA LISTRIK
1. Sumber Tenaga Listrik
Sumber tenaga listrik adalah alat yang dapat
mensupply energi listrik ke peralatan elektronika (beban). Contoh : Generator
Set (genset), Battery kering, Accu.
Gambar 12. Generator set
Tenaga
listrik adalah jumlah dari usaha listrik yang dihasilkan selama periode waktu
satu detik. Pembangkit tenaga listrik ini berfungsi untuk men-supply kebutuhan tenaga listrik dari
beban.
Horse
power (HP) digunakan sebagai satuan tenaga mekanis, jika dikonversikan ke
tenaga listrik :
1 HP = 746 [W] (Foot Pound
HP)
1 PS = 735 [W] (Metrik Horse Power = PferdeStarke)
Tenaga ini disediakan oleh
generator. Kemudian tenaga yang
dihasilkan oleh generator dapat
disimbolkan P.
(kerugian
dalam generator dan sirkuit dianggap nol).
2. Tenaga
Listrik yang diserap
Tenaga listrik yang diserap
adalah tenaga yang diubah dalam bentuk lain selama periode waktu satu detik. Tenaga
ini merupakan tenaga yang dibutuhkan oleh beban atau yang di-supply oleh sumber tenaga listrik.
Contoh lampu, motor, pendingin, pemanas, dan lain-lain. Sebagai contoh lihat
gambar berikut ini :
Gambar 13. Pembebanan pada battery
Sebuah Battery menghasilkan
tegangan V melewati beban R (Ω) untuk menghasilkan arus I [Ampere] melalui beban
R (lampu), maka tenaga (P) adalah :
|
|
P =
V . I [Watt]
= R . I . I [Watt]
= R . I2 [Watt]
|
|
Dimana : P = Tenaga listrik [watt]
V = Tegangan [Volt]
I = Arus [Ampere]
Satuan
tenaga listrik adalah “watt“ disingkat (W). Satu (1) watt menunjukkan tenaga
yang membutuhkan arus sebesar 1 A, pada tegangan 1 V dalam setiap detik.
Jika
sebuah lampu bertuliskan 24 W/12 V, berarti lampu tersebut menyerap daya 24 W
jika dipasang pada tegangan 12 volt. Maka daya yang diserap lampu tersebut
adalah:
Jadi daya yang diserap lampu adalah 24 W. Sesuai dengan daya yang tertulis
pada lampu.
3. Energi Listrik
Energi
listrik adalah jumlah dari kemampuan kerja listrik dalam setiap satuan waktu (detik).
Jumlah tenaga listrik diartikan salah satu jumlah usaha listrik yang dihasilkan
atau ditetapkan dalam periode tertentu.
Satuan
energi listrik adalah watt detik
disingkat dengan (WS) atau joule (J) jika jumlah pengukuran besar satuan yang
digunakan (Wh) Watt–jam.
Dimana
: V = Tegangan [Volt]
I = Arus [ampere]
t = waktu [detik]
4. Panas Joule
Joule
menemukan bahwa tenaga listrik yang dipakai dalam sebuah hambatan berubah
semuanya menjadi panas. Penemuan ini disebut “Hukum Joule“ Panas yang dihasilkan berasal dari aliran listrik
dalam sebuah hambatan dan disebut “Panas
Joule“ dan 1 (WS) = 1 joule.
E. JENIS-JENIS RANGKAIAN LISTRIK
1. Rangkaian Seri
Gambar 14. Rangkaian resistor seri
a. Tegangan (voltage)
Tegangan kalau diseri akan
berlaku rumus :
|
|
Vt = V1 + V2 + V3 + ….. Vn
|
|
Dimana: Vt = Voltage total seri
V1 .. Vn = Voltage masing–masing resistor
b. Hambatan
(Resistansi)
Hambatan dirangkaikan seri
akan berlaku rumus :
|
|
Rt = R1 + R2 + R3 + ….. Rn
|
|
Dimana : Rt = Hambatan total seri
Rt .. Rn = Hambatan masing–masing resistor
c. A r u s
Arus listrik yang mengalir
dalam rangkaian seri dirumuskan dengan :
|
|
It = I1 = I2 = I3 = ….. In
|
|
Dimana : It = Arus total
I1 .. In = Arus masing–masing
yang mengalir pada rangkaian
2. Rangkaian Paralel
Gambar 15. Rangkaian resistor paralel
a. Tegangan (voltage)
Tegangan sumber dirangkai parallel berlaku rumus :
Dimana : Vt = Tegangan total paralel
V1 .. Vn =
Tegangan masing-masing resistor
b. Hambatan
(resistansi)
Hambatan dirangkaikan secara paralel akan berlaku
rumus :
Dimana : Rt = Hambatan total paralel
R1 .. Rn = Hambatan masing-masing resistor
c. Arus
Arus listrik yang mengalir
dalam rangkaian paralel dirumuskan dengan :
Dimana : It = Arus total paralel
I1 .. In = Arus yang masing-masing
rangkaian
3. Rangkaian Seri-Paralel
Gambar 16. Rangkaian resistor seri-paralel
a. Tegangan
(voltage)
Tegangan sumber dirangkai seri-paralel berlaku rumus :
|
|
VRp = V2 + V3
Vt = V1 + VRp
|
|
Dimana : Vt = Tegangan total seri-paralel
VRp =
Tegangan pengganti paralel
b. Hambatan (resistansi)
Hambatan
dirangkaikan secara seri-parallel akan berlaku rumus :
Dimana : Rt = Hambatan total seri-paralel
R1 .. Rn = Hambatan masing-masing resistor
c. A r u s
Arus
listrik yang mengalir dalam rangkaian seri-paralel dirumuskan dengan :
Dimana : It = Arus total paralel.
I1 .. In = Arus yang masing-masing rangkaian.
Contoh :
1. Dari rangkaian seri berikut :
Gambar 17. Rangkaian lampu seri
Diketahui : Sebuah sumber 12 volt dihubungkan
seri dengan dua buah lampu masing–masing 24 W/12V dan 12 W/12V.
Hitung : a. Arus total (It) ?
b. Voltage
drop (Vd1 dan Vd2)?
c. Power (P1
dan P2) ?
Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta : IL1 = WL1/VL1
= 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1/IL1
= 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2/VL2
= 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2
= 12/1 = 12 [Ω]
Rt = RL1 + RL2 = 6
+ 12 = 18 [Ω]
a. It =
V/Rt = 12/18 = 0.66 [A]
b. Vd1 =
I1 x R1 =
0.66 [A] x 6 [Ω] = 3,96 [V]
Vd2 = I2 x R2 = 0.66 [A] x 12 [Ω] = 7,92 [V]
Besarnya
voltage drop pada hambatan yang dihubungkan seri adalah tergantung besarnya arus yang mengalir dan
besarnya hambatannya.
c.
Tenaganya adalah :
P1 = ( It
)2 x RL1
= ( 0.66 )2 x 6
= 2,6 Watt
|
P2 = ( It )2 x RL1
= ( 0.66 )2 x
12
= 5,2 Watt
|
2. Dari rangkaian paralel berikut :
Gambar 18. Rangkaian lampu paralel
Diketahui : Sebuah sumber 12 volt dihubungkan paralel
dengan dua buah lampu masing–masing 24 W/12 V dan 12 W/12 V.
Hitung : a. Arus
total (It) ?
b. Arus (IL1
dan IL2) ?
c. Power (P1 dan P2) ?
Jawab :
Lampu 1
:
Arus yang diminta : IL1 = WL1 /VL1
= 24/12 = 2 [A]
Habatan lampu 1 : RL1 = VL1 /IL1
= 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta : IL2 = WL2 /VL2
= 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2 /IL2
= 12/1 = 12 [Ω]
1/Rt = 1/6 +1/12 = 2/12 + 1/12 = 3/12
Rt = 12/3 = 4 [Ω]
a. It
= Vt/ Rt = 12/4 = 3 [A]
b. IL1
= It x R2 / (R1+R2)
IL2 = It x R1 / (R1+R2)
IL1 = 3 x 12/18 = 2 [A]
IL2 = 3 x 6/18 = 1 [A]
c.
Tenaga pada :
Lampu 1 : Lampu
2 :
P1 = ( IL2 )2 x R1 P2 = ( IL2 )2 x R2
= 22 x 6 =
12 x 12
P1 =
24 [W] P2 = 12 [W]
3. Dari rangkaian seri-paralel berikut :
Gambar 19. Rangkaian lampu seri-paralel
Diketahui : Sebuah
sumber 12 volt dihubungkan dengan 3 buah lampu, dan dirangkai seperti gambar di atas.
Hitung : a. Arus
total (It) ?
b. Arus (IL1,
IL2, dan IL3) ?
c. Voltage
drop (Vd1, Vd2 dan Vd3) ?
d. Power ( P1,
P2, dan P3)?
Jawab :
Lampu 1 :
Arus yang diminta :
IL1 = WL1 /VL1 = 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1 /IL1 = 12/1 =
12 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta :
IL2 = WL2/VL2 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2
= 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 3 :
Arus yang diminta :
IL3 = WL3/VL3 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 3 : RL3 = VL3/IL3
= 12/2 = 6 [Ω]
1/R2,3 = 1/6 + 1/6 = 2/6
R2,3 = 6/2 = 3 [Ω]
Rt = R1 + R2,3 = 12 + 3 =
15 [Ω]
a. It = Vt/Rt
= 12/15 = 0,8 [A]
b. IL1
= It x R2 /
(R1+R2)
IL2 = It x R1 / (R1+R2)
I2 =
0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
I3 =
0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
c. Voltage drop pada R1 :
Vd1 = It x R1 = 0,8 x 12 = 9,6 [V]
Vd2,3 = It x R2,3 = 0,8 x 3 =
2,4 [V]
d. Tenaga
yang diserap :
Lampu 1 : Lampu
2 : Lampu 3 :
P1 =
(IL1)2 x R1 P2 = (IL2)2 x R2 P3 = (IL3)2 x R3
= 0,82 x 12 =
0,42 x 6 = 0,42 x 6
P1 =
7,68 [W] P2 = 0,96 [W] P3 = 0,96 [W]
Besarnya
voltage drop pada hambatan yang dihubungkan paralel adalah sama meskipun
hambatan yang diparalelkan berbeda-beda.
F. AVOMETER
Avometer adalah alat ukur yang multi guna untuk mengukur (Ampere,
Volt, Ohm) dan sebagian orang menyebut Multi
Tester.
1. Bentuk dan Bagian-bagian
Avometer
Gambar 20. Avometer dan bagian-bagiannya
2. Mengukur Arus
(Amperemeter)
Ø Mengetahui kira-kira besarnya arus yang akan
diukur.
Ø Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila
sumbernya adalah DC maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-). Pada umumnya
Avometer hanya untuk mengukur arus DC yang kecil (0 - 500 mA).
Ø Posisikan selektor (rotary switch) pada skala
Ampere.
Ø Set pointer pada posisi 0
(nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
Ø Pasang Ampere meter seri dengan sirkuit yang akan
diukur.
Ø Pembacaan besarnya arus yang akan diukur adalah
sesuai dengan skala pada selektor (rotary switch).
Gambar 21. Mengukur arus
3. Mengukur Tegangan
(Volt Meter)
Ø
Mengetahui kira-kira besarnya tegangan yang akan diukur.
Ø Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila
sumbernya adalah DC maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-).
Ø Posisikan selektor (rotary switch) pada skala volt
(DC volt atau AC volt).
Ø
Posisikan skala selektor di atas atau lebih besar dari tegangan yang akan
diukur.
Ø Set pointer pada posisi 0
(nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
Ø Pasang volt meter paralel
dengan sirkuit yang akan diukur.
Ø Pembacaan besarnya
tegangan yang akan diukur adalah sesuai dengan skala pada selektor (rotary
switch).
Gambar
22. Mengukur tegangan
Contoh
cara mengukur arus dan tegangan :
Gambar
23. Mengukur arus dan tegangan
4. Mengukur Hambatan/Tahanan (Ohm Meter)
Ø Pastikan bahwa hambatan
yang akan diukur tidak dialiri arus dan tidak mempunyai hubungan dengan
hambatan yang lain.
Ø
Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ohm.
Ø Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel
zero ohm adjuster (kedua test pin dihubungkan).
Ø Pasang Ohm meter paralel dengan hambatan yang akan
diukur.
Ø Pembacaan besarnya hambatan yang diukur adalah
sesuai dengan penunjukan pada pointer dikalikan dengan faktor pengali selektor
switchnya.
Gambar
24. Mengukur hambatan R3
5. Cara setting pointer 0
Ø
Posisikan rotary switch ke - x 10 Ω
Ø
Hubungkan kedua test pin
Ø
Lihat penunjukan skala, atur zero point adjustment screw supaya penunjukkan
0 Ω. Jika setelah diatur tetap tidak bisa 0 Ω, maka ganti battery dalam AVO.
Gambar 26. Konstuksi dalam AVO Analog
6. Penggunaan/Perawatan
Ø
Memilih batas ukur yang tepat untuk menambah keakuratan/ketepatan. Gunakanlah
batas ukur yang nilainya terdekat dengan nilai yang sedang dicheck/diperiksa.
Sebagai contoh untuk mengukur tegangan battery kering 1.5 volt, gunakan batas ukur
DC 2.5 V.
Ø
Mengukur nilai yang tidak diketahui.
Mulailah
dengan memilih batas ukur yang tertinggi. Jika tidak terbaca, turunkan batas
ukur dengan memilih batas ukur yang menghasilkan penununjukkan kira-kira ½ kali
batas ukur, untuk membaca/mengukur lebih akurat.
Ø
Perlindungan dari tester.
Tester
adalah instrumen presisi, guncangan atau getaran yang kuat harus dihindari,
Jangan membiarkan terlalu lama pada tempat yang bertemperatur atau kelembaban
tinggi.
Ø
Penggantian battery di dalam AVO.
Jika
penyetelan 0 Ω tidak bisa dilakukan, maka
ganti battery dalam AVO.