Minggu, 12 Februari 2012

123456

ada sebuah cerita tentang aku dan dia
jumpa pertama ku dengannya di satu sore yang cerah
singkat kata singkat cerita ku berjalan dengannya
namun apa yang aku rasa mungkinkan ini cinta
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
dan hatiku bayangkan dirimu mulai ada rindu
dunia ku terhenti karena kamu
mungkin bisa jadi milikku
semoga lagu cinta ini bersarang tepat di hatimu

satu kali ku bertemu dualam sudah rasaku
tiga kata yang ku tahu aku cinta padamu
empat malam ku menunggu jawaban cinta darimu
lima tanda yang kau beri enampaknya kau cinta padaku

dan hatiku bayangkan dirimu mulai ada rindu
dunia ku terhenti karena kamu
mungkin bisa jadi milikku
semoga lagu cinta ini bersarang tepat di hatimu

1 2 3 4 5 dan 6 rasa ku tanam cintamu akan kembang
begitulah proses akan menangkap hati darimu
ya namanya orang juga lagi usaha, mau gimana lagi
kau di sana ku di sini aku tersipu artinya malu

satu kali ku bertemu dualam sudah rasaku
tiga kata yang ku tahu aku cinta padamu
empat malam ku menunggu jawaban cinta darimu
lima tanda yang kau beri enampaknya kau cinta padaku

satu kali ku bertemu dualam sudah rasaku
tiga kata yang ku tahu aku cinta padamu
empat malam ku menunggu jawaban cinta darimu
lima tanda yang kau beri enampaknya kau cinta
enampaknya kau cinta enampaknya kau cinta padaku
enampaknya kau cinta padaku

Sabtu, 11 Februari 2012


BAB I
DASAR LISTRIK


A. TEORI LISTRIK
Elektron adalah bagian terkecil dari suatu atom. Sifatnya ringan dan selalu mengorbit pada inti (proton). Lihat gambar berikut ini :
Text Box:












Gambar 1. Elektron dan proton

Atom yang sederhana adalah atom hydrogen. Atom ini mempunyai satu elektron yang mengorbit pada satu inti (proton). Atom yang elektronnya lebih banyak adalah atom uranium. Atom ini mempunyai 92 elektron dan 92 proton. Setiap atom mempunyai struktur sendiri–sendiri. Tetapi pada umunya setiap atom mempunyai jumlah proton dan elektron yang sama (sebanding). Atom–atom tersebut menyebar dalam lintasan yang terdapat pada atom tersebut.
Menurut Paulli, banyaknya elektron maksimum yang dapat menempati tiap kulit dirumuskan dengan :


ev= 2 n2
 
 


                               
(n = nomor lintasan kulit atom)

Simbol kulit dalam banyaknya elektron maksimum dalam setiap kulit adalah :
K   = (n – 1 ) = 2 x (1)2 = 2 elektron
L   = (n – 2 ) = 2 x (2)2 = 8 elektron
M   = (n – 3 ) = 2 x (3)2 = 18 elektron
N   = (n – 4 ) = 2 x (4)2 = 32 elektron
O   = (n – 5 ) = 2 x (5)2 = 50 elektron
P   = (n – 6 ) = 2 x (6)2 = 72 elektron
Elektron yang terdapat pada kulit terluar disebut Valensi.

Contoh :

Nama Atom (NA)
Tembaga (NA:29)
Silikon (NA: 14)
Sulfur (NA: 16)
Gambar
Pengisian Kulit
Tembaga (Cu)
       NA  = 29
          K = 2
          L = 8
          M = 18
          N = 1 (ev)

Silikon ( Si )
     NA  = 14
        K = 2
        L = 8
        M = 4 (ev)

Sulfur (S )
     NA = 16
        K = 2
        L = 8
        M = 6 (ev)

Valensi
1
4
6
Konduktivitas
Konduktor
Semi konduktor
Isolator

Gambar 2. Atom dan lintasan elektron konduktor, semikonduktor, dan isolator

Contoh di atas menunjukkan macam-macam bahan berdasarkan nomor atom dan sifat kemudahan menghantar arus listrik (konduktivitas).
Berdasarkan jumlah valensi atau jumlah electron pada kulit atom terluar suatu bahan dapat dikategorikan sebagai konduktor, semi konduktor dan isolator.
1.    Konduktor
Konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Konduktor juga merupakan Bahan yang atom–atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari 4 pada lintasan (kulit) terluar.
2.    Semi konduktor
Semi konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik (konduktor) tapi juga dapat menjadi bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik (isolator).
3.    Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Isolator merupakan bahan yang atom–atomnya mempunyai lebih dari 4 elektron pada lintasan (kulit) terluar.

proton dan elektron dalam atom mempunyai gaya potensial :
1. Proton mempunyai muatan positif (+)
2. Elekton mempunyai muatan negative (-)

Inti (proton) menarik elektron dan mempertahankan dalam lintasannya dan pada saat muatan positif (proton) sebanding dengan muatan negatif (elektron), maka atom menjadi netral.
Meskipun demikian, muatan atom dapat berubah dari netral menjadi bermuatan positif (+) jika elektron terluarnya ada yang terlepas atau negatif jika mendapat tambahan elektron dari atom lain pada kulit terluarnya.


1.  Tegangan (Voltage)
Tegangan adalah beda potensial yang menimbulkan gaya yang mengakibatkan mengalirnya arus listrik (perpindahan elektron). Tegangan dapat dianalogikan sebagai perbedaan ketinggian air pada dua buah tabung air apabila dihubungkan dengan sebuah pipa sehingga air mengalir dari level yang tinggi ke level yang rendah. Kemudian tidak mengalir setelah ketinggian (beda potensial) sama.


 











Gambar 3. Perbedaan 2 level air

Tegangan dapat juga didefinisikan sebagai perbedaan potensial yang diperlukan untuk mengalirkan 1 Ampere arus melalui 1 Ohm hambatan. Satuan tegangan listrik disebut “Volt“ dan disimbolkan “V“.

2.    Arus
Ketika dua konduktor (A) dan (B) diisi muatan positif dan negatif yang dihubungkan dengan kawat penghantar (C). Elektron–elektron bebas yang berada pada konduktor (B) akan berpindah ke konduktor (A) melalui penghantar (C). Hal ini akan menyebabkan terjadinya arus elektron dari konduktor (B) yang bermuatan negatif ke konduktor (A) yang bermuatan positif.



 
 









Gambar 4. Hubungan antara arus listrik dan arus elektron

Arus adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama satu detik.
Arus dirumuskan dengan :


I =    Coloumb/detik
 
 
                                              

Dimana :       I         = Arus [A]
Q        = Muatan listrik [Coloumb]
t         = Waktu [detik]

Satuan dasar arus listrik adalah Ampere (A). Satu (1) Ampere didefinisikan sebagai aliran satu (1) coulomb muatan listrik dalam 1 detik.
Coloumb (Q) adalah banyaknya muatan listrik (elektron) yang mengalir melalui suatu titik pada penghantar.
1 Q = 6,28 x 1018 elektron.

6 250 000 000 000 000 000 / sec. = 1 ampere

3.   Hambatan
Setiap obyek atau unsur memiliki nilai hambatan, hambatan ini melawan atau menghambat aliran arus listrik. Besarnya hambatan dalam rangkaian listrik menentukan jumlah arus yang mengalir dalam rangkaian pada setiap tegangan sumbernya. Satuan hambatan adalah Ohm (Ω), jumlah hambatan yang meloloskan arus 1 Ampere ketika dipasang pada tegangan 1 volt (pada temperatur konstan). Singkatan yang baku untuk hambat listrik adalah R.
Kawat tembaga pada umumnya digunakan untuk menghantarkan arus llistrik karena kawat tembaga, hambatan terhadap aliran listriknya kecil. Lihat gambar berikut :


 
 







Gambar 5. Hambatan listrik dalam konduktor
Gambar 7, merupakan gambaran umum hambatan listrik dalam konduktor. Ketika elektron bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron–elektron itu melambung melawan molekul, yang akan memperlambat kecepatan jalannya. Perlambatan kecepatan ini disebut dengan “Electric Resistance“ atau “Hambatan Listrik“.
Adapun nilai hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh bahan penghantar, luas penampang penghantar, panjang penghantar, serta temperatur. Besarnya harga hambatan dapat dihitung dengan rumus :

 
R =L

Dimana :       R          = Hambatan [Ohm/Ω]
ρ        = Tahanan jenis [ohm/ Ω meter]
L          = Panjang kawat [meter]
A          = Luas penampang kawat [m2]


 






Tahanan jenis setiap material berbeda–beda. Beberapa dian-taranya adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jenis material dan hambatan jenisnya.


B. HUKUM OHM
Hukum Ohm menyatakan bahwa banyaknya arus (I) yang mengalir melalui konduktor adalah berbanding lurus dengan tegangannya (V), dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R).
Kalau dirumuskan :



V = I X R
 
 



Dimana :             I          = Arus yang mengalir [Ampere]
V          = Tegangan [Volt]
R          = Hambatan [Ohm]
Berikut adalah contoh rangkaian percobaan untuk membuktikan hukum ohm.  Komponen yang dibutuhkan adalah sumber tegangan 12 V, potensiometer 10 KOhm, resistor 0,5 KOhm, Amperemeter, Voltmeter, dan Switch.


 








Jika switch SW dihubungkan, maka arus yang mengalir pada rangkaian akan dapat terukur,  begitu juga tegangan pada masing-masing resistor dapat juga diukur dengan menggunakan Voltmeter.
Jika resistansi pada potensiometer diperkecil maka arus akan besar, sebaliknya jika resistansi pada potensiometer diperbesar maka arus akan kecil.
C. ARUS SEARAH DAN ARUS BOLAK–BALIK
1. Arus Searah (Direct Current)
Arus searah (DC) adalah arus yang mengalir dalam arah yang tetap (konstan). Arus searah dapat diilustrasikan sebagai berikut :


 






Gambar 8. Ilustrasi arus searah

Generator adalah salah satu alat yang dapat membuat beda potensial. Putaran engine akan menciptakan beda potensial antara kedua polaritas.
Masing–masing terminal selalu tetap polaritasnya. Misalkan sebagai kutub (+) selalu menghasilkan polaritas positif begitu pula sebaliknya. Beberapa contoh sumber arus searah (DC) adalah battery, accu, dynamo, generator DC.



 
 















Gambar 9. Dasar sumber arus searah

Bentuk gelombang tersebut adalah gelombang tegangan, jika bentuk gelombang tegangan hanya dalam satu arah saja (arah positif) maka akan menghasilkan arus yang searah. Arus yang demikian disebut  “Direct Current (DC)“.






2. Arus Bolak-balik (Alternating Current).
Arus bolak-balik (AC) adalah arus yang mengalir dengan polaritas yang selalu berubah-ubah. Arus bolak-balik dapat diilustrasikan :


 













Gambar 10. Islustrasi arus bolak-balik

Putaran engine membuat beda potensial yang berubah-ubah sehingga arus akan mengalir dengan arah yang berubah-ubah.
Pada masing-masing sumber arus bolak-balik, polaritasnya selalu bergantian. Contoh sumber arus bolak-balik adalah: Alternator (AC generator), PLN.



 
 











Gambar 11. Dasar sumber arus bolak-balik
Arus bolak-balik dari alternator akan berbentuk gelombang yang berubah-ubah dari positif ke negatif dalam waktu tertentu. Seperti terlihat pada gambar di atas. Arus yang demikian ini disebut “ Alternating Current “ dan disingkat dengan AC. Polaritas yang berubah-ubah ini terjadi secara terus-menerus dalam tiap detiknya sehigga disebut frekwensi.
Frekwensi adalah banyaknya gelombang dalam tiap detik.





D. TENAGA LISTRIK

1.  Sumber Tenaga Listrik
Sumber tenaga listrik adalah alat yang dapat mensupply energi listrik ke peralatan elektronika (beban). Contoh : Generator Set (genset), Battery kering, Accu.


 
 










Gambar 12. Generator set

Tenaga listrik adalah jumlah dari usaha listrik yang dihasilkan selama periode waktu satu detik. Pembangkit tenaga listrik ini berfungsi untuk men-supply kebutuhan tenaga listrik dari beban.
Horse power (HP) digunakan sebagai satuan tenaga mekanis, jika dikonversikan ke tenaga listrik :
1 HP = 746 [W] (Foot Pound HP)
1 PS = 735 [W] (Metrik Horse Power = PferdeStarke)
Tenaga ini disediakan oleh generator. Kemudian tenaga yang dihasilkan oleh generator  dapat disimbolkan P.


P = V.I (W)

 
 
(kerugian dalam generator dan sirkuit dianggap nol).

2.  Tenaga Listrik yang diserap
Tenaga listrik yang diserap adalah tenaga yang diubah dalam bentuk lain selama periode waktu satu detik. Tenaga ini merupakan tenaga yang dibutuhkan oleh beban atau yang di-supply oleh sumber tenaga listrik. Contoh lampu, motor, pendingin, pemanas, dan lain-lain. Sebagai contoh lihat gambar berikut ini :


 
 










Gambar 13. Pembebanan pada battery
Sebuah Battery menghasilkan tegangan V melewati beban R (Ω) untuk menghasilkan arus I [Ampere] melalui beban R (lampu), maka tenaga (P) adalah :


P      = V . I            [Watt]
= R . I . I      [Watt]
= R . I2          [Watt]

 
 




    Dimana :        P          = Tenaga listrik [watt]
V          = Tegangan [Volt]
I          = Arus [Ampere]

Satuan tenaga listrik adalah “watt“ disingkat (W). Satu (1) watt menunjukkan tenaga yang membutuhkan arus sebesar 1 A, pada tegangan 1 V dalam setiap detik.
Jika sebuah lampu bertuliskan 24 W/12 V, berarti lampu tersebut menyerap daya 24 W jika dipasang pada tegangan 12 volt. Maka daya yang diserap lampu tersebut adalah:
                                
Jadi daya yang diserap lampu adalah 24 W. Sesuai dengan daya yang tertulis pada lampu.
3.  Energi Listrik
Energi listrik adalah jumlah dari kemampuan kerja listrik dalam setiap satuan waktu (detik). Jumlah tenaga listrik diartikan salah satu jumlah usaha listrik yang dihasilkan atau ditetapkan dalam periode tertentu.
Satuan energi listrik adalah watt detik disingkat dengan (WS) atau joule (J) jika jumlah pengukuran besar satuan yang digunakan (Wh) Watt–jam.


W = V . I . t  [Joule]
 
 


Dimana :        V        = Tegangan [Volt]
I        = Arus [ampere]
t        = waktu [detik]
4. Panas Joule
Joule menemukan bahwa tenaga listrik yang dipakai dalam sebuah hambatan berubah semuanya menjadi panas. Penemuan ini disebut “Hukum Joule“ Panas yang dihasilkan berasal dari aliran listrik dalam sebuah hambatan dan disebut “Panas Joule“ dan 1 (WS) = 1 joule.










E. JENIS-JENIS RANGKAIAN LISTRIK

1. Rangkaian Seri


 
 


















Gambar 14. Rangkaian resistor seri

a. Tegangan (voltage)
Tegangan kalau diseri akan berlaku rumus :



Vt = V1 + V2 + V3 + ….. Vn

 
 
Dimana:     Vt                = Voltage total seri
V1 .. Vn        = Voltage masing–masing resistor
b. Hambatan (Resistansi)
Hambatan dirangkaikan seri akan berlaku rumus :


Rt = R1 + R2 + R3 + ….. Rn

 
 
Dimana :    Rt                    = Hambatan total seri
Rt .. Rn           = Hambatan masing–masing resistor
c. A r u s
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri dirumuskan dengan :


It = I1 = I2 = I3 = ….. In

 
 
Dimana :    It                     = Arus total
I1 .. In            =  Arus masing–masing yang mengalir pada rangkaian





2. Rangkaian Paralel



 
 












Gambar 15. Rangkaian resistor paralel

a. Tegangan (voltage)
Tegangan sumber dirangkai parallel berlaku rumus :


 
 
Dimana :        Vt             = Tegangan total paralel
V1 .. Vn   = Tegangan masing-masing resistor
b. Hambatan (resistansi)
Hambatan dirangkaikan secara paralel akan berlaku rumus :



 
 


Dimana :        Rt             = Hambatan total paralel
R1 .. Rn   = Hambatan masing-masing resistor
c. Arus
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian paralel dirumuskan dengan :


It = I1 + I2 + I3 …. In

 
 
Dimana :        It              = Arus total paralel
I1 .. In     = Arus yang masing-masing rangkaian












3. Rangkaian Seri-Paralel
 
 














Gambar 16. Rangkaian resistor seri-paralel

a. Tegangan (voltage)
Tegangan sumber dirangkai seri-paralel berlaku rumus :


VRp = V2 + V3
Vt      = V1 + VRp

 
 


Dimana :      Vt           = Tegangan total seri-paralel
                 VRp      = Tegangan pengganti paralel
        
b. Hambatan (resistansi)
Hambatan dirangkaikan secara seri-parallel akan berlaku rumus :


 
 




Dimana :      Rt           = Hambatan total seri-paralel
  R1 .. Rn = Hambatan masing-masing resistor
c. A r u s
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian seri-paralel dirumuskan dengan :


 
 




Dimana :  It             = Arus total paralel.
                                  I1 .. In   = Arus yang masing-masing rangkaian.

Contoh :
1. Dari rangkaian seri berikut :


 
 








Gambar 17. Rangkaian lampu seri 

Diketahui : Sebuah sumber 12 volt dihubungkan seri dengan dua buah lampu masing–masing 24 W/12V dan 12 W/12V.
Hitung         : a.  Arus total (It) ?
b.  Voltage drop (Vd1 dan Vd2)?
c. Power (P1 dan P2) ?
Jawab        :

Lampu 1     :
Arus yang diminta           : IL1 = WL1/VL1 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1/IL1 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2     :
Arus yang diminta           : IL2 = WL2/VL2 = 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2 = 12/1 = 12 [Ω]
Rt = RL1 + RL2 = 6 + 12 = 18 [Ω]
a.  It = V/Rt = 12/18 = 0.66 [A]
b.  Vd1       = I1 x R1        = 0.66 [A] x 6 [Ω]   = 3,96 [V]
Vd2       = I2 x R2        = 0.66 [A] x 12 [Ω] = 7,92 [V]
Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan seri adalah tergantung besarnya arus yang mengalir dan besarnya hambatannya.
c.   Tenaganya adalah :
P1       = ( It )2 x RL1
= ( 0.66 )2 x 6
= 2,6 Watt
P2     = ( It )2 x RL1
= ( 0.66 )2 x 12
= 5,2 Watt


2. Dari rangkaian paralel berikut :


 
 





Gambar 18. Rangkaian lampu paralel
Diketahui     :   Sebuah sumber 12 volt dihubungkan paralel dengan dua buah lampu masing–masing 24 W/12 V dan 12 W/12 V.
Hitung         :   a.  Arus total (It) ?
b. Arus (IL1 dan IL2) ?
c. Power (P1 dan P2) ?
Jawab        :
Lampu 1     :
Arus yang diminta  : IL1 = WL1 /VL1 = 24/12 = 2 [A]
Habatan lampu 1   : RL1 = VL1 /IL1 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta  : IL2 = WL2 /VL2 = 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2 /IL2 = 12/1 = 12 [Ω]
1/Rt = 1/6 +1/12 = 2/12 + 1/12 = 3/12
Rt = 12/3 = 4 [Ω]
a. It = Vt/ Rt = 12/4 = 3 [A]
b. IL1         = It x R2 / (R1+R2)
    IL2         = It x R1 / (R1+R2)
IL1         = 3 x 12/18             = 2 [A]
IL2         = 3 x 6/18              = 1 [A]
c. Tenaga pada :
Lampu 1 :                            Lampu 2 :
P1 = ( IL2 )2 x R1                  P2    = ( IL2 )2 x R2
= 22 x 6                                = 12  x 12
P1  = 24 [W]                        P2    = 12 [W]


3. Dari rangkaian seri-paralel berikut :


 
 









Gambar 19. Rangkaian lampu seri-paralel

Diketahui     :  Sebuah sumber 12 volt dihubungkan dengan 3 buah lampu, dan dirangkai seperti gambar di atas.

Hitung    : a.  Arus total (It) ?
b.  Arus (IL1, IL2, dan IL3) ?
c.  Voltage drop (Vd1, Vd2 dan Vd3) ?
d.  Power ( P1, P2, dan P3)?

Jawab       :
Lampu 1 :
Arus yang diminta           : IL1 = WL1 /VL1 = 12/12 = 1 [A]
Hambatan lampu 1 : RL1 = VL1 /IL1 = 12/1 = 12 [Ω]
Lampu 2 :
Arus yang diminta           : IL2 = WL2/VL2 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 2 : RL2 = VL2/IL2 = 12/2 = 6 [Ω]
Lampu 3 :
Arus yang diminta           : IL3 = WL3/VL3 = 24/12 = 2 [A]
Hambatan lampu 3 : RL3 = VL3/IL3 = 12/2 = 6 [Ω]

1/R2,3         = 1/6 + 1/6 = 2/6
R2,3  = 6/2 = 3 [Ω]
Rt    = R1 + R2,3 = 12 + 3 = 15 [Ω]
a. It = Vt/Rt = 12/15 = 0,8 [A]
b. IL1         = It x R2 / (R1+R2)
    IL2         = It x R1 / (R1+R2)
I2           = 0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
I3           = 0.8 x 6/12 = 0,4 [A]
c. Voltage drop pada R1 :
Vd1       = It x R1        = 0,8 x 12     = 9,6 [V]
Vd2,3      = It x R2,3      = 0,8 x 3       = 2,4 [V]
d. Tenaga yang diserap :
Lampu 1 :                   Lampu 2 :                  Lampu 3 :
P1    = (IL1)2 x R1          P2   = (IL2)2 x R2         P3   = (IL3)2 x R3
= 0,82 x 12                 = 0,42  x 6                 = 0,42 x 6
P1    = 7,68 [W]            P2   = 0,96 [W]           P3   = 0,96 [W]
Besarnya voltage drop pada hambatan yang dihubungkan paralel adalah sama meskipun hambatan yang diparalelkan berbeda-beda.
F. AVOMETER

Avometer adalah alat ukur yang multi guna untuk mengukur (Ampere, Volt, Ohm) dan sebagian orang menyebut Multi Tester.
1. Bentuk dan Bagian-bagian Avometer


 

















Gambar 20. Avometer dan bagian-bagiannya
2. Mengukur Arus (Amperemeter)
Ø  Mengetahui kira-kira besarnya arus yang akan diukur.
Ø  Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila sumbernya adalah DC maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-). Pada umumnya Avometer hanya untuk mengukur arus DC yang kecil (0 - 500 mA).
Ø  Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ampere.
Ø  Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
Ø  Pasang Ampere meter seri dengan sirkuit yang akan diukur.
Ø  Pembacaan besarnya arus yang akan diukur adalah sesuai dengan skala pada selektor (rotary switch).


 
 







Gambar 21. Mengukur arus

3. Mengukur Tegangan (Volt Meter)
Ø  Mengetahui kira-kira besarnya tegangan yang akan diukur.
Ø  Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Bila sumbernya adalah DC maka harus diketahui kutub (+) atau kutub (-).
Ø  Posisikan selektor (rotary switch) pada skala volt (DC volt atau AC volt).
Ø  Posisikan skala selektor di atas atau lebih besar dari tegangan yang akan diukur.
Ø  Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero point adjusting screw.
Ø  Pasang volt meter paralel dengan sirkuit yang akan diukur.
Ø  Pembacaan besarnya tegangan yang akan diukur adalah sesuai dengan skala pada selektor (rotary switch).


 
 





Gambar 22. Mengukur tegangan
Contoh cara mengukur arus dan tegangan :


 
 







Gambar 23. Mengukur arus dan tegangan
4. Mengukur Hambatan/Tahanan (Ohm Meter)
Ø  Pastikan bahwa hambatan yang akan diukur tidak dialiri arus dan tidak mempunyai hubungan dengan hambatan yang lain.
Ø  Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ohm.
Ø  Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero ohm adjuster (kedua test pin dihubungkan).
Ø  Pasang Ohm meter paralel dengan hambatan yang akan diukur.
Ø  Pembacaan besarnya hambatan yang diukur adalah sesuai dengan penunjukan pada pointer dikalikan dengan faktor pengali selektor switchnya.


 
 








Gambar 24. Mengukur hambatan R3
5.  Cara setting pointer 0
Ø  Posisikan rotary switch ke - x 10 Ω
Ø  Hubungkan kedua test pin
Ø  Lihat penunjukan skala, atur zero point adjustment screw supaya penunjukkan 0 Ω. Jika setelah diatur tetap tidak bisa 0 Ω, maka ganti battery dalam AVO.


 















Gambar 26. Konstuksi dalam AVO Analog
6. Penggunaan/Perawatan
Ø  Memilih batas ukur yang tepat untuk menambah keakuratan/ketepatan. Gunakanlah batas ukur yang nilainya terdekat dengan nilai yang sedang dicheck/diperiksa. Sebagai contoh untuk mengukur tegangan battery kering 1.5 volt, gunakan batas ukur DC 2.5 V.
Ø  Mengukur nilai yang tidak diketahui.
Mulailah dengan memilih batas ukur yang tertinggi. Jika tidak terbaca, turunkan batas ukur dengan memilih batas ukur yang menghasilkan penununjukkan kira-kira ½ kali batas ukur, untuk membaca/mengukur lebih akurat.
Ø  Perlindungan dari tester.
Tester adalah instrumen presisi, guncangan atau getaran yang kuat harus dihindari, Jangan membiarkan terlalu lama pada tempat yang bertemperatur atau kelembaban tinggi.
Ø  Penggantian battery di dalam AVO.
Jika penyetelan 0 Ω tidak bisa dilakukan, maka ganti battery dalam AVO.